Nasib Terbaik Adalah Tidak Dilahirkan, Yang Kedua Dilahirkan Tapi Mati Muda (In Memoriam: Soe Hok Gie)


Saya salah satu penggemar dan pengagum pemikiran beliau tentang negeri ini dan semua hal yang ada di dalamnya.
saya cuma mahasiswa biasa yang kerjanya kupu-kupu ( kuliah pulang-kuliah pulang ). Ikut organisasipun juga belum, Loh ? bagaimana mungkin saya bisa menjadi penggemar berat seorang aktivis seperti Gie ?
Bisa saja... memangnya dengan menjadi penggemar berarti harus mengikuti semua hal yang dilakukan orang yang kita kagumi? belum tentu juga sih. kecuali keteladanan mungkin akan beda lagi pembahasaannya.
Adalah hal yang sangat wajar, kalau sebagian mahasiswa terkagum-kagum pada sebagian aktivis yang kata mereka adalah intelektual kampus, tidak sedikit dari teman-teman saya (mahasiswa yang bukan aktivis) sedang mencoba meniti karir untuk menjadi aktivis kampus. Tapi saya? Entah kenapa masih betah menjadi mahasiswa yang kerjanya cuma kupu-kupu.
Kata "aktivis kampus", sendiri sering jadi dilema bagi mereka yang dipanggil aktivis. Adakalanya mereka dipuja dan ada kalanya mereka di hina. Mereka dianggap sebagai pahlawan kalau mereka berhasil, Kalau tidak berhasil ia malah mendapatkan cacian, hinaan bahkan sering dianggap sebagai penghianat perjuangan.

"Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun."


Gie adalah seseorang yang rajin mendokumentasikan kehidupannya dalam sebuah buku harian.
Gie dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995).
Saya sudah beberapa kali nonton filmnya,tetap saja masih miris memikirkan gie yang mati sia-sia di atas gunung karena keracunan gas beracun bersama sahabatnya.

Puisi terakhir Soe Hok Gie :

Sebuah Tanya
“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”
(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)
“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”

—————————————————————
ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku
bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi
ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
tapi aku ingin mati di sisimu sayangku
setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu
mari, sini sayangku
kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
tegakklah ke langit atau awan mendung
kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa”
(Selasa, 11 November 1969)

Penulis : asal-asalan ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Nasib Terbaik Adalah Tidak Dilahirkan, Yang Kedua Dilahirkan Tapi Mati Muda (In Memoriam: Soe Hok Gie) ini dipublish oleh asal-asalan pada hari 2011-09-27. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Nasib Terbaik Adalah Tidak Dilahirkan, Yang Kedua Dilahirkan Tapi Mati Muda (In Memoriam: Soe Hok Gie)
 

0 comments:

Posting Komentar