SINOPSIS
"700 Days of Battle: Us VS. The Police" berkisah mengenai perseteruan antara sekelompok anak muda dan seorang Polisi lokal, di suatu kota kecil daerah Yamagata prefecture di tahun 70an. Perseteruan berawal ketika kota tersebut kedatangan seorang Chuzai-san (resident local police officer) baru, berusia muda, dan sangat patuh pada peraturan. Polisi baru ini kemudian menerapkan aturan pembatasan kecepatan di salahsatu jalanan yang sering dilalui penduduk. Saijoh-kun, seorang pembuat onar di sekolah, adalah salahsatu korban pertamanya, ketika mengendarai sepeda motornya dalam kecepatan yang sedang-sedang saja.
Tidak terima dengan perubahan ini, teman-teman Saijoh dipimpin oleh Mamachari kemudian memutuskan untuk menuntut balas dengan melakukan tindakan-tindakan jahil. Pertama-tama Mamachari bersama teman-temannya berusaha mengecoh radar dengan ramai-ramai naik sepeda dalam kecepatan tinggi, dengan anggapan bahwa sepeda sebagai kendaraan roda dua tidak bisa dikenai tilang.
Ketika aksi yang mereka lakukan kemudian mengaktifkan radar kecepatan, Polisi yang bertugas hanya bisa bengong kala mengetahui kalau para pelaku hanyalah anak-anak remaja bersepeda kayuh. Merekapun ditangkap. Mamachi sebagai ketua geng datang paling akhir karena sepeda mini yang ia naiki tidak bisa dipakai ngebut, sejak saat itulah julukan "granny bike" melekat di diri Mamachi.
Tidak puas dengan kenakalan tersebut, berikutnya merekapun mengupayakan aksi-aksi lain untuk menjahili pak polisi dengan radar kecepatannya tersebut.
Berkat kegigihan Granny Bike dan teman-temannya, akhirnya pak Polisi yang taat hukum dan berwibawa itupun kemudian terjerumus kedalam level alam pikiran remaja yang penuh dendam, dan ikut-ikutan menuntut balas dengan kejahilannya sendiri!
Granny Bike yang merasa mendapat serangan balik, kemudian bertekad untuk terus menjahili pak Polisi, dan tidak sebatas terkait radar kecepatan saja melainkan ke hal-hal lain yang lebih luas lagi. Perang terbukapun dimulai!
Tidak terima dengan perubahan ini, teman-teman Saijoh dipimpin oleh Mamachari kemudian memutuskan untuk menuntut balas dengan melakukan tindakan-tindakan jahil. Pertama-tama Mamachari bersama teman-temannya berusaha mengecoh radar dengan ramai-ramai naik sepeda dalam kecepatan tinggi, dengan anggapan bahwa sepeda sebagai kendaraan roda dua tidak bisa dikenai tilang.
Ketika aksi yang mereka lakukan kemudian mengaktifkan radar kecepatan, Polisi yang bertugas hanya bisa bengong kala mengetahui kalau para pelaku hanyalah anak-anak remaja bersepeda kayuh. Merekapun ditangkap. Mamachi sebagai ketua geng datang paling akhir karena sepeda mini yang ia naiki tidak bisa dipakai ngebut, sejak saat itulah julukan "granny bike" melekat di diri Mamachi.
Tidak puas dengan kenakalan tersebut, berikutnya merekapun mengupayakan aksi-aksi lain untuk menjahili pak polisi dengan radar kecepatannya tersebut.
Berkat kegigihan Granny Bike dan teman-temannya, akhirnya pak Polisi yang taat hukum dan berwibawa itupun kemudian terjerumus kedalam level alam pikiran remaja yang penuh dendam, dan ikut-ikutan menuntut balas dengan kejahilannya sendiri!
Granny Bike yang merasa mendapat serangan balik, kemudian bertekad untuk terus menjahili pak Polisi, dan tidak sebatas terkait radar kecepatan saja melainkan ke hal-hal lain yang lebih luas lagi. Perang terbukapun dimulai!
0 comments:
Posting Komentar